Kamis, 09 Juni 2016

CONTOH PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PARKIR BERTINGKAT KAMPUS POLINEMA



TUGAS PROPOSAL
STUDI KELAYAKAN BANGUNAN PARKIR BERTINGKAT KAMPUS POLITEKNIK NEGERI MALANG






Oleh :
ERNITA AMALIA (07)
1531310152
1G

POLITEKNIK NEGERI MALANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEMESTER GASAL 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebutuhan parkir untuk kampus semakin dirasa perlu. Salah satu indikasinya yaitu banyaknya kendaraan yang parkir di sembarang tempat. Kendaraan yang tidak pada tempatnya mengganggu aktivitas di daerah kampus. Bukan hanya mengganggu bahkan sering terjadi kehilangan sepeda motor karena diletakkan bukan pada tempatnya. Penyelesaiannya yaitu dengan memperluas lahan parkir secara vertikal atau dengan membangun suatu bangunan parkir. Tentunya harus dilakukan studi kelayakan agar bisa mencapai hasil yang optimal dan dapat mengembalikan modal.
Besarnya tarif minimum yang harus dikenakan dicari dengan menggunakan cara PayBack Period dengan waktu pengembaliannya telah ditentukan dahulu. Perancangan bangunan parkir memerlukan data-data kebutuhan yang ada sekarang, peraturan masalah parkir, rancangan lahan parkir, analisis ekonomi dan kondisi sosial. Dalam penelitian masalah dikaji alternatif jumlah kemungkinan ketersediaan lahan serta jenis bangunan yang terbuat dari beton dan baja agar mengetahui bagaimana pilihan yang paling menguntungkan. https://irikaw.wordpress.com/2011/03/11/studi-kelayakan-bangunan-parkir-bertingkat-untuk-kampus-di-dalam-kota/
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam studi ini adalah “Bagaimana kelayakan bangunan parkir bertingkat kampus Politeknik Negeri Malang?”

1.3 Batasan Masalah
Agar penulisan tugas akhir ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang semula direncanakan, sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut :
1.3.1 Beban yang diterima pada struktur bawah bangunan
1.3.2 Menggunakan semen portland

1.4 Tujuan Masalah
Tujuannya dari penulisan ini untuk mengetahui kelayakan bangunan parkir bertingkat di dalam kampus Politeknik Negeri Malang.


1.5 Manfaat
Manfaat dari penulisan proposal ini untuk :
1.5.1 Lembaga
Politeknik Negeri Malang bisa memiliki tempat lahan parkir yang luas dan aman sehingga dapat meminimalisir kehilangan kendaraan.
1.5.2 Penulis
Untuk penulis dapat memahami prosedur dan metode kelayakan bangunan parkir bertingkat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parkir Bertingkat
Parkir bertingkat yaitu gedung yang khusus dibangun untuk tempat parkir kendaraan, dengan demikian pemakaian lahan terutama di daerah kampus dapat dilakukan secara efisien. Parkir bertingkat dapat dikombinasikan dengan pusat kegiatan, dimana lantai basement dan beberapa lantai di atasnya digunakan untuk parkir dan selanjutnya di atasnya ditempatkan bangunan pusat kegiatan seperti kantin, toko ATK, ruang rapat organisasi dan lain sebagainya.
Kini tiba saatnya untuk memperkenalkan sebuah pilihan parkir bertingkat (multistory-carpark) untuk kendaraan roda dua dan roda empat di dalam kampus. Parkir bertingkat menyita lahan di permukaan bumi hanya sedikit, tetapi memanfaatkan ruang diatasnya yang lebih besar. Dengan memanfaatkan parkir bertingkat untuk kendaraan roda dua dan roda empat, banyak lahan di permukaan bumi dapat dialihkan menjadi hijauan tanaman yang dibutuhkan untuk menangani pemanasan global (global warming) yang telah menimbulkan perubahan iklim di permukaan bumi.
Parkir  bertingkat awalnya berupa bangunan atau gedung yang dibuat khusus untuk tempat memarkir kendaraan bermotor roda empat yang tidak sedang digunakan kawasan: perkantoran, perdagangan, tempat hiburan, petokoan, dan lain sebagainya; akan tetapi gagasan ini ingin mem-perkenalkan “parkir bertingkat” konstruksi baja untuk kendaraan roda dua dan roda empat yang sedang tidak digunakan, dan dapat didirikan di daerah kampus Politeknik Negeri Malang.
Kenyamanan dan manfaat layout bangunan parkir memenuhi dua kriteria yaitu ruang dan waktu. Layout parkir memungkinkan pemarkir kendaraaan dapat bergerak secara cepat, baik pergerakan masuk maupun keluar dari ruang parkir. Pada saat pengendara memarkir kendaraannya diharapkan tidak merasa terhambat pada saat melakukan pergerakan maju maupun mundur ataupun merasa bebas sehingga tidak membahayakan kendaraan lain yang ada disampingnya maupun kendaraan yang berdekatan. Hal ini bukan berarti bahwa penyediaan ruang parkir dengan ukuran lebih besar selalu yang terbaik karena akan menjadi tidak efisien. http://sir.stikom.edu/710/5/BAB%20II.pdf

2.2 Struktur Bawah
            Sebuah gedung pastinya menerima beban pada struktur bawah nya. Dalam penulisan ini akan menjelaskan beban mati, beban hidup, beban gempa yang dipikul oleh struktur bawah.
            Menurut Pamungkas dan Harianti (2013:3) Struktur  bawah adalah seluruh bagian struktur gedung atau bangunan yang berada dibawah permukaan tanah, dapat berupa besmen dan/atau sistem pondasi.
            Struktur atas dapat dianggap terjepit lateral pada taraf lantai dasar. Pada gedung tanpa besmen, taraf penjepitan lateral struktur atas dapat dianggap terjadi pada bidang telapak pondasi atau pada bidang atas kepala tiang (pile cap).
            Struktur bawah memikul beban-beban dari struktur atas sehingga struktur bawah tidak boleh gagal lebih dahulu dari struktur atas. Beban-beban tersebut dapat berupa beban mati (DL), beban hidup (LL), beban gempa (E), beban angina, dll.
2.2.1 Beban Mati (DL)
            Beban mati merupakan berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat yan bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, finishing, mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahan dari gedung itu.
2.2.2 Beban Hidup (LL)
            Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat penghuninya atau penggunaan sutau gedung, dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang bukan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup gedung itu sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap gedung tersebut.
2.2.3 Beban Gempa
            Beban gempa merupakan beban yang diakibatkan oleh adanya pergerakan tanah dibawah struktur suatu gedung atau bangunan. Akibat pergerakan tanah, struktur atas akan bergoyang. Goyangan tersebut dimodelkan sebagai beban horizontal terhadap struktur atas gedung atau bangunan, dan kemudian diformulasikan sebagai beban gempa rencana.
            Bila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, analisis gempa rencana struktur atas dan struktur bawah dapat dilakukan secara terpisah.
            Berikut dikutip dasar perencanaan pembebanan gempa pada struktur bawah gedung  atau bangunan.
            SNI 03-1726-2002 pasal 5.1.5
Dalam perencanaan struktur atas dan struktur bawah suatu gedung terhadap pengaruh gempa rencana, struktur bawah tidak boleh gagal lebih dahulu dari struktur atas. Untuk itu, terhadap pengaruh gempa rencana unsur-unsur struktur bawah harus tetap berperilaku elastik penuh, tak bergantung pada tingkat daktilitas yang dimiliki struktur atasnya.
            SNI 03-1726-2002 pasal 9.1.1
Berhubung sesuai pasal 5.1.5 akibat pengaruh gempa rencana struktur bahwa tidak boleh gagal lebih dahulu dari struktur atas, maka struktur bawah harus dapat memikul pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh gempa rencana Vm yang dapat diresap oleh struktur atas dalam kondisi di ambang keruntuhan menurut persamaan :
            Vm = f2 Vy
Dimana Vy adalah pembebanan gempa akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan pelelehan pertama di dalam struktur gedung dan f2 adalah faktor kuat lebih struktur akibat kehiperstatikan struktur gedung yang menyebabkan terjadinya redistribusi gaya-gaya oleh proses pembentukan sendi plastis yang tidak serempak bersamaan. Faktor kuat lebih struktur f2 nilainya bergantung pada nilai faktor daktilitas struktur gedung µ yang bersangkutan dan ditetapkan menurut persamaan. :
            f2 = 0,83 + 0,7 µ
maka dengan memperhatikan pasal 4.3.3, pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh gempa rencana Vm dapat dihitung dari pembebanan gempa nominal Vn menurut persamaan :
            Vm = f Vn
Dimana f disebut faktor kuat lebih total yang terdapat didalam struktur gedung, yang ditetapkan menurut persamaan :
            f = f1 f2
dengan f1 = 1,6 sebagai faktor kuat lebih beban dan bahan. Dalam tabel 2.1 dicantumkan nilai f2 dan f untuk berbagai nilai µ, berikut faktor reduksi gempa R yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa nilai µ dan R tidak dapat melampui nilai maksimumnya menurut pasal 4.3.4.

Tabel 2.1 Faktor kuat lebih dikutip (dikutip dari tabel 9 SNI 03-1726-2002)
Taraf Kinerja struktur
µ
R
f2
f
Elastik Penuh
1.0
1.6
1.00
1.6
Daktail Parsial
1.5
2.4
1.09
1.7
2.0
3.2
1.17
1.9
2.5
4.2
1.26
2.0
3.0
4.8
1.35
2.2
3.5
5.6
1.44
2.3
4.0
6.4
1.51
2.4
4.5
7.2
1.61
2.6
5.0
8.0
1.70
2.7
Daktail Penuh
5.3
8.5
1.8
2.8

2.3 Semen Portland
Untuk membangun parkir bertingkat memerlukan bahan-bahan yang memenuhi syarat, agar bangunan kokoh, tahan lama dan anti gempa. Salah satunya dengan menggunakan Semen Portland.
Menurut Trimulyono (2004:27) Semen Portland yaitu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium  silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen Portland yang ada di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1989:3.2-8).
Semen merupakan bahan ikat yang paling penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen, akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland di Indonesia (SII 0013-81) dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
Jenis I :Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan- persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
Jenis II :Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis III :Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
Jenis IV :Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.
Jenis V :Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. https://www.academia.edu/7761824/Semen_Portland
2.2.1 Pemanfaatan Semen Portland di bidang Konstruksi
1)   Digunakan untuk konstruksi umum untuk semua mutu beton
2)   Struktur bangunan bertingkat
3)   Struktur jembatan
4)   Struktur jalan beton
5)   Bahan Bangunan
6)      Beton pratekan dan pracetak, pasangan bata, plesteran, dan acian, panel beton, paving blok, hollow brick, batako, genteng, polongan, ubin dll.


DAFTAR PUSTAKA

ASTM C-150,1985
Mulyono,Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta:Andi
Pamungkas, Anugrah dan Harianti, Erny. 2013. Desain Pondasi Tahan Gempa. Yogyakarta:Andi
SNI 03-1726-2002 pasal 5.1.5
SNI 03-1726-2002 pasal 9.1.1


0 komentar:

Posting Komentar