TUGAS
PROPOSAL
STUDI KELAYAKAN BANGUNAN PARKIR BERTINGKAT KAMPUS
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Oleh :
ERNITA AMALIA (07)
1531310152
1G
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
SEMESTER GASAL 2015/2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan
parkir untuk kampus semakin dirasa perlu. Salah satu indikasinya yaitu
banyaknya kendaraan yang parkir di sembarang tempat. Kendaraan yang tidak pada
tempatnya mengganggu aktivitas di daerah kampus. Bukan hanya mengganggu bahkan
sering terjadi kehilangan sepeda motor karena diletakkan bukan pada tempatnya.
Penyelesaiannya yaitu dengan memperluas lahan parkir secara vertikal atau
dengan membangun suatu bangunan parkir. Tentunya harus dilakukan studi
kelayakan agar bisa mencapai hasil yang optimal dan dapat mengembalikan modal.
Besarnya
tarif minimum yang harus dikenakan dicari dengan menggunakan cara PayBack
Period dengan waktu pengembaliannya telah ditentukan dahulu. Perancangan
bangunan parkir memerlukan data-data kebutuhan yang ada sekarang, peraturan
masalah parkir, rancangan lahan parkir, analisis ekonomi dan kondisi sosial.
Dalam penelitian masalah dikaji alternatif jumlah kemungkinan ketersediaan
lahan serta jenis bangunan yang terbuat dari beton dan baja agar mengetahui
bagaimana pilihan yang paling menguntungkan. https://irikaw.wordpress.com/2011/03/11/studi-kelayakan-bangunan-parkir-bertingkat-untuk-kampus-di-dalam-kota/
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan
dalam studi ini adalah “Bagaimana kelayakan bangunan parkir bertingkat kampus
Politeknik Negeri Malang?”
1.3
Batasan Masalah
Agar penulisan tugas akhir ini tidak menyimpang dan
mengambang dari tujuan yang semula direncanakan, sehingga mempermudah
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan
batasan-batasan sebagai berikut :
1.3.1
Beban yang diterima pada struktur bawah bangunan
1.3.2
Menggunakan semen portland
1.4
Tujuan Masalah
Tujuannya
dari penulisan ini untuk mengetahui kelayakan bangunan parkir bertingkat di
dalam kampus Politeknik Negeri Malang.
1.5
Manfaat
Manfaat
dari penulisan proposal ini untuk :
1.5.1
Lembaga
Politeknik
Negeri Malang bisa memiliki tempat lahan parkir yang luas dan aman sehingga
dapat meminimalisir kehilangan kendaraan.
1.5.2
Penulis
Untuk
penulis dapat memahami prosedur dan metode kelayakan bangunan parkir bertingkat
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Parkir Bertingkat
Parkir
bertingkat yaitu gedung yang khusus dibangun untuk tempat parkir kendaraan,
dengan demikian pemakaian lahan terutama di daerah kampus dapat dilakukan
secara efisien. Parkir bertingkat dapat dikombinasikan dengan pusat kegiatan,
dimana lantai basement dan beberapa lantai di atasnya digunakan untuk parkir
dan selanjutnya di atasnya ditempatkan bangunan pusat kegiatan seperti kantin,
toko ATK, ruang rapat organisasi dan lain sebagainya.
Kini
tiba saatnya untuk memperkenalkan sebuah pilihan parkir bertingkat (multistory-carpark)
untuk kendaraan roda dua dan roda empat di dalam kampus. Parkir bertingkat
menyita lahan di permukaan bumi hanya sedikit, tetapi memanfaatkan ruang
diatasnya yang lebih besar. Dengan memanfaatkan parkir bertingkat untuk
kendaraan roda dua dan roda empat, banyak lahan di permukaan bumi dapat
dialihkan menjadi hijauan tanaman yang dibutuhkan untuk menangani pemanasan
global (global warming) yang telah menimbulkan perubahan iklim di permukaan
bumi.
Parkir bertingkat awalnya berupa bangunan atau
gedung yang dibuat khusus untuk tempat memarkir kendaraan bermotor roda empat
yang tidak sedang digunakan kawasan: perkantoran, perdagangan, tempat hiburan,
petokoan, dan lain sebagainya; akan tetapi gagasan ini ingin mem-perkenalkan
“parkir bertingkat” konstruksi baja untuk kendaraan roda dua dan roda empat
yang sedang tidak digunakan, dan dapat didirikan di daerah kampus Politeknik
Negeri Malang.
Kenyamanan dan manfaat
layout bangunan parkir memenuhi dua kriteria yaitu ruang dan waktu. Layout
parkir memungkinkan pemarkir kendaraaan dapat bergerak secara cepat, baik
pergerakan masuk maupun keluar dari ruang parkir. Pada saat pengendara memarkir
kendaraannya diharapkan tidak merasa terhambat pada saat melakukan pergerakan
maju maupun mundur ataupun merasa bebas sehingga tidak membahayakan kendaraan
lain yang ada disampingnya maupun kendaraan yang berdekatan. Hal ini bukan
berarti bahwa penyediaan ruang parkir dengan ukuran lebih besar selalu yang
terbaik karena akan menjadi tidak efisien. http://sir.stikom.edu/710/5/BAB%20II.pdf
2.2
Struktur Bawah
Sebuah gedung
pastinya menerima beban pada struktur bawah nya. Dalam penulisan ini akan
menjelaskan beban mati, beban hidup, beban gempa yang dipikul oleh struktur
bawah.
Menurut Pamungkas dan Harianti (2013:3) Struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung
atau bangunan yang berada dibawah permukaan tanah, dapat berupa besmen dan/atau
sistem pondasi.
Struktur
atas dapat dianggap terjepit lateral pada taraf lantai dasar. Pada gedung tanpa
besmen, taraf penjepitan lateral struktur atas dapat dianggap terjadi pada
bidang telapak pondasi atau pada bidang atas kepala tiang (pile cap).
Struktur
bawah memikul beban-beban dari struktur atas sehingga struktur bawah tidak
boleh gagal lebih dahulu dari struktur atas. Beban-beban tersebut dapat berupa
beban mati (DL), beban hidup (LL), beban gempa (E), beban angina, dll.
2.2.1 Beban Mati (DL)
Beban
mati merupakan berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat yan
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, finishing, mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian
yang tak terpisahan dari gedung itu.
2.2.2 Beban Hidup (LL)
Beban
hidup merupakan beban yang terjadi akibat penghuninya atau penggunaan sutau
gedung, dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang bukan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa
hidup gedung itu sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan
atap gedung tersebut.
2.2.3 Beban Gempa
Beban
gempa merupakan beban yang diakibatkan oleh adanya pergerakan tanah dibawah
struktur suatu gedung atau bangunan. Akibat pergerakan tanah, struktur atas
akan bergoyang. Goyangan tersebut dimodelkan sebagai beban horizontal terhadap
struktur atas gedung atau bangunan, dan kemudian diformulasikan sebagai beban
gempa rencana.
Bila
tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, analisis gempa rencana
struktur atas dan struktur bawah dapat dilakukan secara terpisah.
Berikut
dikutip dasar perencanaan pembebanan gempa pada struktur bawah gedung atau bangunan.
SNI 03-1726-2002 pasal 5.1.5
Dalam perencanaan struktur atas dan
struktur bawah suatu gedung terhadap pengaruh gempa rencana, struktur bawah
tidak boleh gagal lebih dahulu dari struktur atas. Untuk itu, terhadap pengaruh
gempa rencana unsur-unsur struktur bawah harus tetap berperilaku elastik penuh,
tak bergantung pada tingkat daktilitas yang dimiliki struktur atasnya.
SNI 03-1726-2002 pasal 9.1.1
Berhubung sesuai pasal 5.1.5 akibat
pengaruh gempa rencana struktur bahwa tidak boleh gagal lebih dahulu dari
struktur atas, maka struktur bawah harus dapat memikul pembebanan gempa
maksimum akibat pengaruh gempa rencana Vm yang dapat diresap oleh struktur atas
dalam kondisi di ambang keruntuhan menurut persamaan :
Vm
= f2 Vy
Dimana Vy adalah pembebanan gempa akibat
pengaruh gempa rencana yang menyebabkan pelelehan pertama di dalam struktur
gedung dan f2 adalah faktor kuat lebih struktur akibat kehiperstatikan struktur
gedung yang menyebabkan terjadinya redistribusi gaya-gaya oleh proses
pembentukan sendi plastis yang tidak serempak bersamaan. Faktor kuat lebih
struktur f2 nilainya bergantung pada nilai faktor daktilitas struktur gedung µ
yang bersangkutan dan ditetapkan menurut persamaan. :
f2
= 0,83 + 0,7 µ
maka dengan memperhatikan pasal 4.3.3,
pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh gempa rencana Vm dapat dihitung dari
pembebanan gempa nominal Vn menurut persamaan :
Vm
= f Vn
Dimana f disebut faktor kuat lebih total
yang terdapat didalam struktur gedung, yang ditetapkan menurut persamaan :
f
= f1 f2
dengan f1 = 1,6 sebagai faktor kuat
lebih beban dan bahan. Dalam tabel 2.1 dicantumkan nilai f2 dan f untuk
berbagai nilai µ, berikut faktor reduksi gempa R yang bersangkutan, dengan
ketentuan bahwa nilai µ dan R tidak dapat melampui nilai maksimumnya menurut
pasal 4.3.4.
Tabel 2.1
Faktor kuat lebih dikutip (dikutip dari tabel 9 SNI 03-1726-2002)
Taraf Kinerja struktur
|
µ
|
R
|
f2
|
f
|
Elastik Penuh
|
1.0
|
1.6
|
1.00
|
1.6
|
Daktail Parsial
|
1.5
|
2.4
|
1.09
|
1.7
|
2.0
|
3.2
|
1.17
|
1.9
|
|
2.5
|
4.2
|
1.26
|
2.0
|
|
3.0
|
4.8
|
1.35
|
2.2
|
|
3.5
|
5.6
|
1.44
|
2.3
|
|
4.0
|
6.4
|
1.51
|
2.4
|
|
4.5
|
7.2
|
1.61
|
2.6
|
|
5.0
|
8.0
|
1.70
|
2.7
|
|
Daktail Penuh
|
5.3
|
8.5
|
1.8
|
2.8
|
2.3
Semen Portland
Untuk membangun parkir
bertingkat memerlukan bahan-bahan yang memenuhi syarat, agar bangunan kokoh,
tahan lama dan anti gempa. Salah satunya dengan menggunakan Semen Portland.
Menurut
Trimulyono (2004:27) Semen Portland yaitu bahan konstruksi yang paling banyak
digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen Portland
didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker
yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai
bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen
Portland yang ada di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar
Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1989:3.2-8).
Semen
merupakan bahan ikat yang paling penting dan banyak digunakan dalam pembangunan
fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen, akan menjadi pasta
semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah
mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya,
semen portland di Indonesia (SII 0013-81) dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
Jenis I :Semen portland untuk
penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan- persyaratan khusus
seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
Jenis II :Semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis III :Semen portland yang dalam
penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan
terjadi.
Jenis IV :Semen portland yang dalam
penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.
Jenis V :Semen portland yang dalam
penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. https://www.academia.edu/7761824/Semen_Portland
2.2.1
Pemanfaatan Semen Portland di bidang Konstruksi
1) Digunakan untuk konstruksi umum
untuk semua mutu beton
2) Struktur bangunan bertingkat
3) Struktur jembatan
4) Struktur jalan beton
5) Bahan Bangunan
6) Beton pratekan dan pracetak,
pasangan bata, plesteran, dan acian, panel beton, paving blok, hollow brick,
batako, genteng, polongan, ubin dll.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM
C-150,1985
Mulyono,Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta:Andi
Pamungkas, Anugrah dan Harianti,
Erny. 2013. Desain Pondasi Tahan Gempa. Yogyakarta:Andi
SNI 03-1726-2002 pasal 5.1.5
SNI
03-1726-2002 pasal 9.1.1
https://www.academia.edu/7761824/Semen_Portland
Rabu 20-1-‘16 pk15:58
http://sir.stikom.edu/710/5/BAB%20II.pdf
Rabu 20-1-’16 pk15:04
https://irikaw.wordpress.com/2011/03/11/studi-kelayakan-bangunan-parkir-bertingkat-untuk-kampus-di-dalam-kota/
Senin 11-1-’16 pk19:29
0 komentar:
Posting Komentar